Pengurus Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri menerima kunjungan silaturahim dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Tokoh Masyarakat Provinsi NTB, Selasa (23/2/2016).
Adapun rombongan NTB yakni Sekretaris MUI Kabupaten Lombok Timur, Drs. H. Faisal Mahsun; Ketua FKUB Kabupaten Lombok Timur, Drs. Ali Fikri, MM; Tokoh Masyarakat Karang Taliwang Kota Mataram, TGH. Hasbullah; dan Tokoh Masyarakat Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, TGH. Sholeh Arifin.
Dalam kunjungan tersebut, selain silaturahim pengurus MUI ingin mengkaji lebih dalam tentang kurikulum yang digunakan di Ponpes Wali Barokah.
Di ruangan perpustakaan Ponpes Wali Barokah, Wakil Ketua Majelis Taujih Wal Irsyad Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Syeikh Abdul Aziz Ridwan memaparkan kurikulum santri-santriwati Ponpes kepada pengurus MUI NTB.
Aziz mengatakan, program pendidikan Ponpes Wali Barokah ialah mencetak dai pemula dengan jangka waktu satu tahun lebih enam bulan. Selama satu tahun lebih enam bulan para santri santriwati fokus belajar di dalam pondok, mereka tinggal di pondok dan tidak boleh pulang terkecuali kalau ada kepentingan yang mendesak.
“Pendidikan fokus di dalam pondok semua. Bahkan tidak hanya di dalam kelas, mereka melaksanakan shalat wajib berjamaah itu termasuk bagian dari pendidikan, sandal para jamaah shalat ditata rapi juga salah satu bentuk dari pendidikan,” ungkap Aziz.
Aziz menambahkan, para santri-santriwati Ponpes Wali Barokah juga diajarkan tentang fiqih, akhlak, adab, sastra bahasa arab, sejarah Al-Quran dan Al-Hadits, kisah para Nabi, sejarah Islam hingga penguasa tokoh Islam.
Hal tersebut harus ditanamkan kepada generasi muda Islam, sebab yang akan menghancurkan agama Islam adalah menjauhkan generasi Islam dan sejarah Islam. “Generasi muda sekarang lebih mengenal pemain sepak bola dari pada para Nabi dan sahabatnya, lebih mengenal pahlawan film fiktif yang tidak ada ujung dan pangkal dasarnya dari pada pahlawan-pahlawan Islam,” kata Aziz.
Peran generasi muda Islam ini sangat penting untuk membentengi hantaman budaya Barat dan negara penguasa di bidang teknologi dan informasi. Dengan informasi-informasi tersebut mereka bisa memutar balikkan fakta, yang jelek bisa kelihatan baik, salah satunya pornoaksi yang dianggap seni sehingga hal tersebut dianggap biasa di kalangan generasi muda.
“Masih banyak orang Islam belum mengerti budayanya sendiri, keindahan Islam belum mampu terpahami. Hal ini merupakan pekerjaan rumah (PR) dari para ulama untuk menunjukkan keindahan Islam sehingga generasi muda kita lebih bangga dengan atribut-atribut Islam. Bukan bangga dengan kebudayaan Barat, dari cara berpakaian, telinganya ditindik, sampai gaya rambut,” imbuhnya.
Setelah mendengarkan paparan kurikulum, pengurus Ponpes Wali Barokah mengajak MUI NTB meninjau langsung proses belajar mengajar santri santriwati pondok. “Kami dari NTB datang khusus ke tempat ini untuk melihat dari dekat tentang berbagai macam kegiatan Ponpes Wali Barokah yang sebelumnya Kami hanya mendapat cerita dari orang lain. Setelah kami melihat dan mendapatkan paparan tentang kurikulum yang diterapkan di Ponpes Wali Barokah ini, ternyata Ponpes ini punya pemikiran jauh ke depan bahkan sampai memikirkan persoalan apa yang akan terjadi di hari kiamat nanti,” kata Sekretaris MUI Kabupaten Lombok Timur, Drs. H. Faisal Mahsun.
Faisal mengatakan, ilmu merupakan barang hilang dari umat Islam. Maka mudah-mudahan kebangkitan Islam itu berawal dari ponpes ini dan inilah generasi-generasi yang disebutkan di Al-Quran, generasi yang selalu mendapatkan hidayah dan petunjuk dari Allah SWT.
Penulis: Sofyan Gani
Editor: Widi Yunani